Invest Money

Rabu, 27 Juni 2012

Al Quran dalam pandangan Velma Cook ( warga Australia )


Velma Cook, warga Australia, mengatakan hal di bawah ini:
Sebagaimana halnya orang akan ragu melakukan perjalanan tanpa peta dan buku panduan, begitulah kaum Muslim membawa Al-Qurãn; buku panduan mereka, buku petunjuk dan peta perjalanan mereka, untuk memimpin mereka menempuh kehidupan di dunia ini hingga mencapai sukses di akhirat kelak.
Umat manusia mencapai keagungan sampai ke tingkat kemaharajaan yang berakhir dengan pengrusakan diri sendiri melalui penyakit, kekerasan, penindasan dan perang. Bahkan di dunia masa kini, manusia yang menguasai teknologi tinggi dan kemajuan, merusak diri sendiri dengan masalah keluarga, keputus-asaan, depresi, bunuh diri, penularan penyakit seksual, yang merupakan hasil dari kebingungan dan pendekatan palsu terhadap kehidupan, yang meletakkan kepentingan pada kecantikan dan kekayaan, serta membiarkan orang miskin, lemah dan tidak cantik menjadi sama sekali tak bernilai dan kehilangan harapan.
Pornografi anak-anak, pelacuran, penyalah-gunaan obat, korupsi, kepincangan sosial, menopoli uang dan barang, dan pengingkaran umum terhadap Tuhan, menimbulkan keruntuhan kepada semua yang bukan merupakan bagian dari minoritas elit dunia modern, yang memiliki bank-bank, perusahaan-perusahaan multi nasional dan kekuasaan ekonomis.
Para sejarahwan sepakat bahwa zaman terbaik dalam sejarah dunia adalah 80 tahun atau lebih sejak kehadiran Nabi Muhammad. Mereka sampai pada simpulan demikian setelah melakukan analisis terhadap faktor-faktor keamanan, keadilan, kedamaian, kesetaraan dan kemajuan. Apakah gerangan yang telah mengubah kaum pengelana padang pasir menempati posisi terpuji? Jawaban sederhananya adalah bahwa kehadiran Al-Qurãn membawa dampak alami terhadap tubuh, pikiran dan semangat setiap orang yang memasrahkan diri pada kebenaran Allah, yang harus dijunjung tinggi dan dipatuhi.
Al-Qurãn memetakan posisi manusia di hadapan Allah, di hadapan sesama manusia, dan di hadapan seluruh makhluk. Dengan bimbingan Al-Qurãn, kaum Muslim tahu apa yang diharapkan Sang Pencipta terhadap mereka. Mereka tahu hak sesama manusia atas mereka, bahkan hak hewan dan alam. Para Muslim menyadari tanggung-jawab luarbiasa mereka untuk bertindak sebagai ‘wakil’ (khalifah) Allah di bumi ini, dalam menjaga kelestarian makhlukNya.

KONTRADIKSI KAH DALAM ALQURAN?? BAGIAN 1

KONTRADIKSI KAH DALAM ALQURAN?? BAGIAN 1

Sura 2: al-Baqara (Sang Sapi)


Q 2:21 menyatakan Allâh menciptakan manusia agar menyembahNya.
Q 2:21
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.


Kontradiksi:
Q 3:97, 35:15 mengatakan Allâh tidak butuh manusia atau jin; Dia tidak butuh apapun.
Q 3:97
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allâh, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allâh Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

Islam Dan Arab




Salah satu pakaian lelaki Arab
“Kita harus bisa membedakan mana ajaran dalam Islam yang merupakan pengaruh kultur Arab dan mana yang tidak. Aspek-aspek Islam cerminan kebudayaan Arab, misalnya jilbab, potong tangan, qishash, rajam, jenggot, jubah, tidak wajib diikuti, karena itu hanya ekspresi lokal partikular Islam di Arab.”
Pernyataan itu sering terdengar di lingkungan kelompok-kelompok pengajian tertentu; termasuk di lingkungan Jaringan Islam Liberal (JIL).
Dalam sebuah diskusi di UNJ beberapa tahun lalu, sang tokoh JIL Ulil Abshar Abdalla menyebutkan bahwa hukum qishas (bunuh balas bunuh) sudah ada sejak zaman Israel kuno. Dengan demikian, hukum qishas yang dinyatakan Al-Qurãn – katanya –  diambil dari kebiasaan bangsa Israel (Yahudi).
Pada waktu itu saya menyambung perkataan Ulil dengan mengatakan bahwa ibadah haji pun sering disebut sebagian orang Islam sebagai ibadah Arab jahiliyah yang diadopsi oleh Islam. Kepada Ulil, dan orang-orang Islam tersebut saya mengajak mereka merenungkan pertanyaan ini: “Manakah yang lebih tua; agama Allah atau bangsa Israel dan Arab?”
Dalam Al-Qurãn, Allah menegaskan bahwa satu-satunya agama miliknya adalah Islam. Agama ini diturunkan Allah melalui rasul-rasulnya, yang menurut Hadits berjumlah ratusan orang. Di antara mereka, ada beberapa orang yang diturunkan kepada bangsa Israel dan Arab. Bangsa Israel sendiri —sekuno apa pun, menurut para ahli sejarah, baru muncul pada 2000 tahun sebelum Masehi. Jadi, sampai sekarang mereka baru berusia 4000 tahun. Artinya, mereka jauh lebih muda dari bangsa Arab yang sejak 5000 tahun sebelum Masehi sudah berkeliaran di padang pasir Arabia.[1] Memang tidak mustahil bahwa bangsa baru menebar pengaruh budaya kepada bangsa lama. Tidak mustahil pula bila Yahudi ‘mengajarkan’ hukum qishash kepada bangsa Arab. Tapi masalahnya, apakah hukum tersebut ciptaan Yahudi, atau justru mereka menerimanya dari rasul Allah?
Sebelum kerasulan Muhammad, bangsa Arab memang banyak belajar dari Yahudi. Tapi, tentang hukum bunuh balas bunuh, dikatakan para ahli sejarah bahwa hal itu sudah menjadi tradisi bangsa Arab sejak lama. Phiplip K. Hitti, misalnya, menulis tentang “suatu hukum kuno di padang pasir”:
Jika seorang anggota dari klan melakukan pembunuhan di dalam lingkungan klan itu sendiri, maka tak seorang anggota yang lain pun yang akan membela dirinya. Jika ia dapat melarikan diri, maka ia pun telah berada di luar dasar hukum dan tidak lagi dilindungi oleh peraturan-peraturan yang berlaku. Jika si pembunuh bukan seorang anggota dari  klan orang yang terbunuh itu, maka direncanakan suatu pembalasan atas pembunuhan itu, dan kini tiap anggota dari klan si pembunuh tadi berada dalam kemungkinan akan terbunuh.
Menurut suatu hukum kuno di atas padang pasir, maka penumpahan darah menuntut penumpahan darah juga sebagai balasnya; tak ada suatu bentuk denda yang lain yang diakui untuk itu, selain daripada pembalasan dendam hati yang serupa. Keluarga yang terdekat pertaliannya kepada si pembunuh, itulah yang dianggap harus memikil tanggungjawab terbesar atas pembunuhan itu. Dendam hati yang berdasarkan pembunuhan dapat berlangsung terus selama empatpuluh tahun. …[2]
H. Fuad Hashem menambahkan:
Kalau ada anggota keluarga yang tewas tanpa pembalasan, ia dianggap mati konyol, darahnya hanya bagai embun tak berharga yang menetes di tanah. Arwahnya akan keluar lewat kepala dan berubah jadi burung hantu. Malam hari ia akan bertengger di pusara korban sembari menjerit: “Minum! Minta minum!” (isquni). Kalau dendam telah dibalas dan darah pembunuh telah ditebus, barulah sang burung hantu berhenti menjerit.[3]

Selasa, 26 Juni 2012

Apa Yang Harus Dilakukan Wanita Indonesia?


Wanita Indonesia
Dia datang lagi.
Salah satu teman lama saya di pengajian.
Seorang wanita tinggi-besar, berusia 30-an,  dengan wajah cukup manis.
Tapi yang paling saya ingat adalah kecerdasannya, dan kepeduliannya pada nasib sesama wanita dari kalangan miskin.
“Masih ingat saya?” katanya seperti biasa bila ia datang.
“Saya tak pernah melupakan orang seperti kamu.”
“Terimakasih…”
“Ada apa? Kamu tidak akan menemui saya bila tak ada masalah;  walau kamu juga tahu bahwa saya tidak bisa memberikan solusi apa-apa…”
“Saya juga tidak tahu kenapa saya harus menemui Bapak… Yang jelas, saya datang seperti biasa… Membawa pertanyaan!”
“O, ya? Sekarang tentang apa?”
“Kira-kira kita harus melakukan apa agar perempuan Indonesia dapat memberikan kontribusi yang baik buat bangsa ini?”
Yang kamu maksud “kita” itu sebenarnya kamu sendiri kan? Setidaknya, kamu yang mau jadi pelopornya kan?
Saya akan ajak teman-teman, dan siapa pun yang mau terlibat.
Bukankah sudah banyak pihak, negara maupun swasta, yang melakukan berbagai usaha untuk memajukan wanita Indonesia?
Iya sih. Tapi… saya juga merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu…
Bagus itu! Dan, menurut saya, ada yang menarik dari pertanyaan kamu, yaitu adanya keinginan untuk membuat wanita Indonesia berperan aktif  memberikan kontribusi kepada bangsa, bukan pasif dengan, misalnya, menerima saja hasil pembangunan yang dikerjakan orang lain. Saya kira, itu mewakili kecenderungan kamu selama ini, bukan?
Begitulah, kira-kira…

Kamis, 14 Juni 2012

Terjemahan Surat Al-Fãtihah (Sebuah studi permulaan)

Terjemahan Surat Al-Fãtihah (Sebuah studi permulaan)

AlFatihah2

ARTI SYIRIK

ARTI SYIRIK

Kata "Syirik" diambil dari kata شِرْكٌ -syirkun .
Adapun artinya berasal dari شَرِكَ - يَشْرَكُ - شِرْكَةً -syarika-yasyraku-syirkatan = Berserikat ; ikut serta. Terdiri dari 3 huruf pokoknya yakni huruf pertama ش-syin,  Huruf kedua ر -ra  , Dan huruf ketiga ك  -kaf .

Berarti  kata شِرْكٌ -syirkun merupakan bentuk mashdar(akar kata).

Sekarang kita lihat penggunaan kata tersebut yakni seputar kata yang terdiri dari 3 huruf pokoknya meliputi huruf pertama ش-syin,  Huruf kedua ر -ra  , Dan huruf ketiga ك  -kaf  dan ayat ayat terkait dengannya:

Seorang mu min tidak takut kepada tokoh yang mengikut sertakan kebijakan kebijakan lain dengan kebijakan Allah yang Dia sendiri tidak menurunkannya.

وَكَيفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخًافُوْنَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللّٰهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطٰنًا
Bagaimana saya merasa takut terhadap apa yang kalian mengikut sertakannya, padahal kalian sendiri tidak takut bahwasannya kalian mengikut sertakannya dengan ajaran Allah menurut sunnah rasulNya apa yang Dia sendiri tidak menurunkan kekuasaan prihal nya atas kehidupan kalian(6;81)

Rabu, 13 Juni 2012

Kisah Tukang Sate Yang Rindu Perbaikan Nasib Bangsa


Kisah Tukang Sate Yang Rindu Perbaikan Nasib Bangsa

Posted by Ahmad Haes on January 10, 2012 · 6 Comments





Di kantor majalah Kalisa.

Pengantar: Kisah ini terjadi antara tahun 2000 sampai 2005. Seorang lelaki setengah baya bernama Slamet Abdul Hamid, yang biasa dipanggil Cak Hamid atau Cak Met, pemilik sebuah warung sate hot plate cukup besar di Jobang, Jawa Timur, berangkat sendirian ke Jakarta. Niatnya? Menawarkan konsep untuk perbaikan nasib bangsa. Kepada siapa? Siapa pun orang penting yang ada di Jakarta, apakah pejabat sipil atau militer, para tokoh di DPR, atau presiden sekalian, yaitu Gus Dur dan atau SBY.

Konsep apa yang ditawarkannya?

Darul-Arqam, dan… Revolusi Pancasila! Wah, macam apa itu?

Baca kisah di bawah ini!

Waktu itu, tak lama setelah peristiwa tsunami Aceh, saya bertemu dengannya untuk kesekian kali.

Sejak tiba di Jakarta, Sabtu senja tanggal 5 februari 2005, Cak Met alias Cak hamid, alias Slamet Abdul Hamid, sudah bertamu ke sejumlah tempat dan bertemu sejumlah orang, baik orang-orang penting maupun yang dianggap tidak penting.

Selama di Jakarta ia tinggal di sebuah penginapan di daerah Pulogadung, yang kemudian menjadi markasnya, entah sampai kapan. “Saya tidak akan pulang sebelum bertemu SBY,” katanya.

Hari Ahad siang, kami bikin janji untuk bertemu di Kantor Wakil Pemda Aceh di Jalan Indramayu, kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Setelah menunggu cukup lama, kami bertemu dengan Bu Hafni, salah satu Wakil Pemda Aceh itu, dan suaminya, Azwir. Cak Met pun mulai ngoceh memaparkan gagasannya, yang ternyata disambut baik oleh Bu Hafni dan suaminya. Mereka kemudian meminta Cak Met datang ke DPR untuk menemui seorang tokoh Aceh bernama Malik Raden pada hari Selasa.

Empat Unsur Agama


Empat Unsur Agama

Posted by Ahmad Haes on January 15, 2010 · 4 Comments

Setiap agama pada dasarnya terdiri dari empat unsur, yaitu:

Ajaran (= teori; konsep) sebagai sisi gaib
Iman sebagai interaksi antara pelaku dan konsep,
Ritus (= upacara) sebagai sistem lambang, dan
Praktik ( = amal) sebagai perwujudan konsep dalam segala segi kehidupan individu dan masyarakat.

DAKWAH QUR'AN

Da’wah Al-Qurãn

Da’wah Al-Qurãn dapat digambarkan dalam ungkapan “SIAPA(1) menyampaikan APA dengan cara BAGAIMANA kepada SIAPA (2) dengan TUJUAN apa?”
 Jelasnya adalah sebagai berikut:
  1.  Siapa 1, adalah pokok pembahasan tentang para pelaku da’wah (الداعى). Jadi, siapa di sini bermakna majemuk, bukan hanya untuk satu orang. Lebih tegasnya lagi, siapa di sini digunakan untuk menyebut pribadi-pribadi (setiap orang) yang tergabung dalam suatu struktur atau sistem yang menjalankan proses da’wah.
  2.  Apa, adalah pokok pembahasan tentang bahan (materi) yang disampaikan, yang sudah disusun sedemikian rupa demi memenuhi kebutuhan setiap tingkatan sasaran da’wah (المدعو), sebagai persiapan demi membentuk kemampuan mereka untuk membaca Al-Quran sesuai harapan Allah, yakni membaca dengan sebenar-benarnya membaca, yaitu untuk membangun iman.

Minggu, 10 Juni 2012

PARTAI ISLAM FACEBOOKIYAH INDONESIA


ISLAM sebagai pemersatu...perpecahan dan perselisihan pendapat bukanlah rahmat...Islam datang sebagai pemersatu...I'TASHIMU BIKHABLILLAHI JAMI'AN WALA TAFARROQUU...Bersatulah di jalan Alloh dan janganlah berpecah belah...

100 juta face booker muslim Indonesia akan menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar...selalu menjadi OPOSISI untuk membongkar ketidak beresan birokarsi dan kebejatan moral elit politik di negeri ini...bumi pertiwi adalah amanat dan tanggung jawab kita bersama.




Visi:

* Menggarap konsep hidup (way of life) dari Allah (Al-Kitãb) yang obyektif ilmiah menjadi karakter manusia.
* Mengubah pandangan dan sikap hidup (PDSH) yang bernilai eksperimental (coba...-coba; spekulasi) menjadi PDSH yang patronal (mengikuti pola/uswah), untuk melahirkan manusia-manusia yang saling peduli dan saling memakmurkan.
* Mempersatukan umat Islam dan para pemeluk agama-agama lain dalam kesatuan kesadaran untuk berbakti terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbakti terhadap nusa dan bangsa, serta bekerja-sama dalam mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan bangsa Indonesia secara khusus, dan dunia secara umum.

Misi:

* Melakukan berbagai jenis usaha perdagangan dan jasa mulai dari kecil-kecilan sampai sebesar-besarnya, untuk mendanai seluruh kegiatan partai, sehingga partai dapat berjalan secara mandiri.
* Menggalang kepedulian dan keterlibatan setiap lapisan masyarakat untuk menjalankan visi tersebut.
* Menghimpun para pakar dalam berbagai disiplin ilmu dan ketrampilan untuk mendidik para pemuda/pemudi yang akan menjadi para pemimpin bangsa di segala bidang kehidupan.
* Menghimpun para sukarelawan yang siap melakukan pekerjaan-pekerjaan teknis yang dikuasai.
* Menerbitkan media informasi yang mencerahkan, dan dapat menjangkau masyarakat seluas-luasnya.

Latar belakang

Latar belakang atau motivasi (an-niyyah, niat) yang mendesak lahirnya deklarasi ini dapat didata secara ringkas sebagai berikut:

1. Permasalahan aktual bangsa yang tidak kunjung bangkit dari lubang keterpurukan, bahkan berbagai bencana alam yang datang susul-menyusul semakin menghimpit rakyat dalam penderitaan dan menambah beban pemerintah yang sudah berat menjadi semakin berat.
2. Delapan tahun setelah kejatuhan Suharto, bangsa Indonesia telah berhasil menampilkan empat orang presiden. Dimulai dengan B.J. Habibie, yang cukup sukses sebagai figur transisi tapi gagal menggapai legitimasi untuk menjadi presiden yang sebenarnya. Kemudian Abdurrahman Wahid, yang berhasil mengembalikan istana menjadi rumah rakyat namun gagal mengelola negara. Lantas, Megawati yang menjadi orang nomor satu negeri ini, yang belum lagi tuntas mengkonsolidasi pemerintahnya, sudah disibukkan oleh persiapan menghadapi pemilihan umum,[1] yang akhirnya membuatnya harus merelakan kekuasaan jatuh kepada mantan menterinya sendiri, Susilo Bambang Yudoyono (SBY). Selanjutnya, SBY, yang menjadi presiden RI pertama hasil pilihan rakyat secara langsung, harus menjalankan pemerintahan di bawah segala sorotan dan diganduli segala tuntutan yang tentu tidak bisa dipenuhinya semudah ketika tuntutan-tuntutan itu diucapkan sebagai janji. Kenyataannya, permasalahan bangsa ini, yang begitu banyak dan rumit, pastilah tidak mungkin – bahkan tidak adil, bila hanya dibebankan kepada seorang presiden.
3. Pecahnya reformasi, yang selanjutnya melahirkan eforia kebebasan, berdampak pada pengabaian azimat bangsa, yakni Pancasila, yang sebenarnya merupakan anugerah terbesar bangsa ini. Akibatnya, polarisasi pandangan hidup berbangsa dan bernegara tumbuh semakin liar.
4. Sejak awal kemerdekaan, Pancasila, bhineka tunggal ika, dan UUD 1945 telah dihidupkan dengan spirit (ruh) demokrasi liberal, sehingga Bung Karno sempat melahirkan gagasan Demokrasi Terpimpin, dan Suharto kemudian juga menerapkan secara terselubung gagasan Bung Karno itu, sehingga ia tampil sebagai pemimpin otoriter selama sekitar 32 tahun. Akhirnya, ketika Suharto dijatuhkan, liberalisme atas nama reformasi di segala bidang pun merebak, membuat anak-anak bangsa ini seolah berubah jadi kuda-kuda liar yang lepas kekang dan siap melabrak segala pagar.
5. Umat Islam, sebagai bagian terbesar (mayoritas) bangsa, yang seharusnya menunjukkan dan membuktikan keunggulan ajaran Islam – untuk menciptakan dan menjaga keseimbangan serta perdamaian hidup – malah terjebak dalam pertikaian wacana yang tidak berujung dan terus sengit dalam sikap saling benci dan menyalahkan antar mazhab dan golongan, sehingga terjerumus ke dalam sikap saling serang yang jelas meresahkan dan mengerikan, yang bila dilanjutkan tentu akan berakhir pada kehancuran bangsa secara keseluruhan.

Kelima butir masalah di atas – antara lain, tentu telah menyiksa batin setiap anak bangsa – dari unsur mana pun – yang mempunyai kepedulian mendalam atas nasib bangsanya. Entah berapa banyak air mata yang tertumpah bersama tangis dan rintih dalam doa-doa pribadi maupun dalam kerumunan besar umat yang melakukan istighatsah dan doa-doa bersama. Telah banyak pula di antara mereka yang melakukan berbagai usaha serta menelurkan berbagai konsep untuk memperbaiki keadaan. Namun, keadaan bangsa kita tak juga kunjung bangkit dari keterpurukan. Bahkan berbagai bencana yang datang sambung menyambung semakin membuat kita sedih dan bingung.

Apa sebenarnya yang harus kita lakukan?

Siapa yang dapat meyakinkan, atau apa ukurannya, supaya tindakan yang kita lakukan untuk memperbaiki nasib bangsa ini dapat dikatakan sebagai tindakan yang benar?